Sabtu, 22 November 2014

Akhirnya nulis lagi...

Haloo.. Apa kabar? Eh emang ada yang aku sapa? Ada yang sering baca sini emang? Hehehe.. Ada ataupun gak ada ya luweehhh..

Akhir-akhir ini banyak sekali komentar masuk dari kanan kiri atas bawah yang sebenernya sedikit buat agak risih, tapi lucu juga :p

Awalnya gini, orang-orang baru tau atau baru menyadari kalo saya ini "bekerja". Mindset aneh yang sebenernya gak penting juga buat mereka. terus sampai bilang "alhamdulillah aku senang awan sekarang mau bekerja" what? Helllooooo???? "Mau" bekerja? Hahaha Bukannya itu membuat saya tertawa? Selama ini pada kemana? Mereka pikir bekerja itu harus di kantor seperti yg sekarang saya lakukan? Terus kemarin2 saya bikin lagu, jualan hp, jualan monel, itu bukan bekerja? Sisi pandang yg pilih kasih sepertinya. Orang terlalu berharap bahwa bekerja itu sesuatu yang harus dikerjakan sampai lembur.

Dan aku gak bisa ngejelasin gimana memberontak orang-orang yang berfikiran seperti itu, kalo boleh jujur, bagi saya pekerjaan adalah tentang kenyamanan bro.. Itu kenapa selama ini aku terlihat banyak nganggur. bukan gak mau, tapi memang selalu banyak pertimbangan demi "kenyamanan" itu sendiri. Kalo bekerja tapi harus merantau dan membutuhkan akses perjalanan jauh? Bekerja tapi diperbudak tuntutan? Bekerja tapi hanya demi sebuah jabatan? Dan bekerja dengan tapi, tapi dan tapi yang lainnya.. Itu nyaman broo?? Pasti ada yang bakal ngejawab "tapi kan gajinya gede" hahahahahaha.. Tidakkah ada pola pikir yang lebih suci dari matre? Dan sialnya.. gelar Sarjana, PNS, dan sepertemanannya itu adalah idola bagi kaum matrealistis. Sungguh budaya paling menakjubkan hehehe..
Selama ini sengaja saya tidak menguak ke permukaan tentang segala bentuk dan segala macam pekerjaan saya. Apa ada yang tau saya pernah jadi kuli bangunan? Jadi tukang loper koran? Jualan koran dikios? Ya karena aku memang tidak mau dianggap orang "sadar". Aku malah pengen orang terus akan memandang saya sebagai orang goblok, pengangguran banyak acara. Ya karena itu tadi.. Sarjana, PNS, dan sejajarnya itu bukan sesuatu yang membuat saya "ngaceng". Malah saya tidak minat sama sekali bekerja di suatu tempat yang semuanya dijamin negara.

Kemarin saya sempet debat sama salah satu temen yang sangat gila PNS untuk dirinya maupun calonnya. Mikirnya cetek sekali "kan enak keluarga sampai anak-anak kita dijamin negara, jelas masa depan cerah"
Brooo masa depan cerah itu bukan PNS yang ngejamin, PNS yang masa depannya suram juga banyak kok. Bahkan tukang bubur depan rumah kamu itu pun berpotensi punya masa depan cerah. "Tapi kan kalo buburnya laris, kalo gak laris gak cerah" sekali lagi broo.. Kamu islam? ingatlah.. "Barang siapa mau sukses, maka berdaganglah" - Muhammad SAW.
Intinya, aku gak peduli siapapun mau jadi apapun, itu pilihan. Tapi.. Berpikirlah lebih luas lagi, menengadahlah ke langit, disana ada hakim yang seadil-adilnya. rejeki itu ada yang ngatur, jangan ini yang bagus itu yang bikin kaya dan bla,bla,bla.. Aku kerja untuk kenyamananku, bukan untuk masa depanku yang cerah. Biarlah aku hutang terhadap masa depanku sendiri. masa depanku yang entah dan belum tau dimana. di surga (jika memang benar ada) atau di neraka (jika memang benar ada).